Selasa, 07 Februari 2012

PENDEKATAN ILMU – ILMU KEALAMAN DALAM STUDI ISLAM

PENDEKATAN ILMU – ILMU KEALAMAN DALAM STUDI ISLAM           

A.    LATAR BELAKANG
Fakta menunjukkan , bahwa sains (dalam konteks ilmu – ilmu kealaman ) dan agama adalah dua hal yang semakin memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia . Perkembangan sains di dunia modern tidak berarti menurunnya pengaruh agama dalam kehidupan manusia , sebagai mana selama ini diprediksi dalam teori sekularisasi. Kecenderungan semakin menguatnya agama dan sains ini menarik perhatian banyak kalangan ,terutama berkenaan dengan hubungan antar keduanya . banyaknya pandangan dan doktrin agama yang tampak bertentangan dengan teori sains modern memungkinkan terjadinya konflik antara agama dan sains. Contoh kasusnya dapat dilihat pada eksekusi gereja terhadap Galileo pada abad ke 19 dan perdebatan panjang antara pendukung teori evolusi dan teori penciptaan menjadi bukti nyata betapa konflik yang saling menegasikan telah mewarnai hubungan antara sains dan agama. Di sinilah pentingnya memahami kedua area tersebut agar tidak terjebak pada pembenaran di satu sisi dan penyalahan di sisi lainnya.

B.     Rumusan Masalah
a.       Apakah ada hubungan antara ilmu alam dengan studi islam?
b.      Metode apa yang digunakan untuk mempelajari pendekatan ilmu kealaman dalam studi islam?





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pendekatan Ilmu – Ilmu Kealaman Dalam Studi Islam
Salah satu bentuk kekhawatiran  kaum agamawan terhadap teori evolusi adalah pada penafsiran mereka bahwa teori evolusi cenderung meniadakan ruangan bagi Tuhan. Dengan mengatakan bahwa makhluk hidup, tak terkecuali manusia, muncul dengan sendirinya melalui seleksi alam (natural selection) yang gradual, peran Tuhan sebagai pencipta menjadi terusik. Belum lagi pernyataan teori ini tentang keberadaan makhluk hidup secara tidak sengaja( by chance) bagi kehidupan makhluk mulai meluntur. Makhluk tidak akan lagi butuh penyelamatan dari Tuhan dan karena itu agama tidak lagi dibutuhkan. 1
Kajian ini mencoba memperbincangkan perihal pertautan antara sains yang notabene berada dalam wilayah ilmu- ilmu alam dan agama yang berada dalam wilayah sakral. Diawali perbincangan ini dengan mengetengahkan pemikiran John F. Haught yang membagi menjadi empat pendekatan dalam pengertian ini.
Adapun pendekatan- pendekatan tersebut yaitu:
1.Pendekatan konflik
Yaitu suatu keyakinan bahwa pada dasarnya sains dan agama tidak dapat dirujukkan. Menyatakan bahwa agama dilandaskan pada asumsi- asumsi apriori atau keyakinan, sedangkan sains tidak mau menerima begitu saja segala sesuatu sebagai benar. Selain itu, agama terlalu bersandar pada imajinasi liar, sedangkan sains bertumpu pada fakta yang dapat diamati. Agama terlalu emosional, penuh gairah dan subyektif, sedangkan sains berusaha untuk tidak memihak, tidak terlalu bergairah, dan obyektif. Berbagai antitesi ini tampaknya semakin menambah petunjuk bahwa antara sains  dan agama terdapat suatu permusuhan timbal balik yang tidak dapat diatasi.2
2. Pendekatan kontras
Yaitu suatu pernyataan bahwa tidak ada pertentangan yang sungguh- sungguh karena agama dan sains memberi tanggapan terhadap masalah yang sangat berbeda. Berpendapat bahwa banyak ilmuwan dan teolog tidak menemukan adanya pertentangan diantara agama dan sains. Menurut mereka, masing- masingnya adalah valid meskipun hanya dalam batas ruang lingkup penyelidikan mereka sendiri yang sudah jelas. Jadi, kita tidak boleh menilai agama dengan tolak ukur sains, dan sebaliknya, tidak boleh menilai sains dengan tolak ukur agama. Bagi pendekatan kedua ini, tegas dinyatakan bahwa langkah yang baik adalah agama dan sains tidak perlu mencampuri urusan satu sama lain. Sains dan agama merupakan cara pemahaman akan realitas yang benar- benar terlepas dari satu sama lain sehingga tidak ada artinya sama sekali kalau dipertentangkan keduanya.
3. Pendekatan kontak
Yaitu suatu pendekatan yang mengupayakan dialog, interaksi dan kemungkinan adanya”penyesuaian” antara sains dan agama dan terutama mengupayakan cara- cara bagaimana sains ikut mempengaruhi pemahaman religius dan teologis.
Pendekatan ini tampaknya lebih mencoba menggapai kejelasan suatu tahap guna mengupayakan suatu gambaran yang jelas dan padu perihal pertautan antara sains dan agama . Pendekatan ini mengemukakan bahwa pengetahuan ilmiah dapat memperluas cakrawala keyakinan religius dan bahwa perspektif keyakinan religius dapat memperdalam pemahaman kita tentang alam semesta . Bagi pendekatan ini meyakini bahwa tanpa melakukan campur tangan ke dalam metode – metode yang khas bagi seorang ilmuwan , keyakinan keagamaan dapat tumbuh subur di samping  sains , hal itu terjadi dengan suatu  cara yang sedemikian rupa sehingga keduanya bersama – sama bisa menghasilkan satu makna bersama , suatu makna yang lebih cerah ketimbang makna yang dapat memberikan oleh salah satu dari keduanya . Sebagai penegasan lagi bagi pendekatan ini , bahwa entah alam semesta ataupun Tuhan , tetapi justru karena alam semesta dan Tuhan senantiasa terlalu agung untuk dapat dicakup akal budi manusia , pemikiran  - pemikiran kita , baik dalam sains maupun agama , juga selalu terbuka untuk diperbaiki . Oleh karena itu , sains dan agama bisa saling kontak secara penuh  makna hanya ketika mereka sepakat untuk bermain dengan aturan – aturannya .
4. Pendekatan konfirmasi
Yaitu suatu perspektif yang lebih tenang, tetapi sangat penting, perspektif ini menyroyi cara- cara agama pada tataran yang mendalam, mendukung, dan menghidupkan segala kegiatan ilmiah.
Pendekatan ini menegaskan bahwa bentuk  ‘’konfirmasi’’ sama artinya atau sejajar dengan ‘’mendukung ‘’ , atau juga ‘’memperkuat’’ satu  sama lain . Bagi pendekatan ini , bahwa alam  semesta ini adalah suatu totalitas yang terbatas , koheren , rasional dan tertata . Memberikan gambaran umum tentang segala sesuatu yang secara konsisten mendorong pencarian ilmiah akan membebaskan ilmu pengetahuan itu dari keterkaitan – keterkaitan pada ideologi – ideologi yang membelenggu . Sains bahkan tidak dapat muncul tanpa mengakar diri dalam sejenis ‘’keyakinan’’ apriori bahwa alam semesta ini  adalah suatu totalitas benda - benda yang tertata secara rasional . renungkan dan sadari ) bahwa ‘’di luar sana’’ ada suatu dunia yang nyata . Pendek kata , pandangan pendekatan konfirmasi ini menegaskan kembali bahwa relasi agama dan sains perlu ditempatkan sebagai  fungsi konfirmasi dan kontradiksi . Agama sangat erat terkait dengan sains tanpa harus melebur dengannya . Implikasi – implikasi agama bagi sains jauh lebih radikal , dan menyubur kan daripada yang dimungkinka oleh ketiga pendekatan yang  lain .
Berkaitan dengan studi islam , berbagai pemaparan tersebut di atas , dapat dikaitkan dengan Al Qur’an Surat Al Imron 190 dan 191 yang menyatakan : ‘’sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda – tanda bagi orang yang berakal . Yaitu orang  - orang yang mengingat Allah sambil berdiri , duduk , atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : ya Tuhan kami , tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia – sia . Maha suci Engkau , peliharalah kami dari siksa neraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar