Kebutuhan Gizi Lansia
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan
kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh
untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi
yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat
menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.
Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari
kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan
tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok
besar, yaitu :
1. Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
a. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum,
ubi, roti, singkong dll, selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu
dll.
b. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega,
margarine, susu dan hasil olahannya.
2. Kelompok zat pembangun
Kelompok ini meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung protein,
baik protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacang-
kacangan dan olahannya.
3. Kelompok zat pengatur
Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan
mineral, seperti buah-buahan dan sayuran.
1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau
ompong.
2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa
manis, asin, asam, dan pahit.
3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
6. Penyerapan makanan di usus menurun.
1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota
besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan
berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya
aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk
mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya :
penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
- Gizi kurang
- Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga
- karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
- dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai
- dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak
- dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,
- kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
- 3. Kekurangan vitamin
- Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
- kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan
- menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
- 1. Penimbangan Berat Badan
- a. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai
- peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB
- lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan
- penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan
- berat badan.
- b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
- –
- Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB
- kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
- –
- Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih
- Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
- 2. Kekurangan kalori protein
- Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang
- bersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan
- mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan
- makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu makan, nafsu
- makan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera. Karena hal
- ini dapat menurunkan asupan protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi lebih
- mudah sakit dan tidak bersemangat.
- 3. Kekurangan vitamin D
- Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari,
- jarang atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang
- banyak terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.
- Perencanaan makan secara umum
- 1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang
- terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
- 2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan
- hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering
- dengan porsi yang kecil. Contoh menu :
- Pagi : Bubur ayam
- Jam 10.00 : Roti
- Siang : Nasi, pindang telur, sup, pepaya
- Jam 16.00 : Nagasari
- Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang
4. Pastikan tidak ada udara yang masuk ke dalam sonde pada saat memberi makan
atau air. Pastikan pula selang dalam keadaan tertutup selama tidak diberi makan.
5. Periksa kerekatan selang, jika selang longgar beritahu perawat.
6. Laporkan adanya mual dan muntah dengan segera.
7. Lakukan perawatan kebersihan mulut dengan sering.
1. Bahan makanan sumber karbohidrat (zat energi) :
Nasi, bubur beras, nasi jagung, kentang, singkong, ubi, talas, biskuit, roti , crakers,
maizena, tepung beras, tepung terigu, tepung hunkwe, mie, bihun.
2. Bahan makanan sumber lemak (zat energi) :
Minyak goreng, minyak ikan, margarin, kelapa, kelapa parut, santan, lemak daging.
3. Bahan makanan sumber protein hewani :
Daging sapi, daging ayam, hati, babat, usus, telur, ikan, udang.
4. Bahan makanan sumber protein nabati :
Kacang ijo, kacang kedelai, kacang merah, kacang tanah, oncom, tahu, tempe.
1. Benar obat : obat yang diberikan harus sesuai dengan resep dokter.
2. Benar dosis : jumlah obat yang diberikan tidak dikurangi atau dilebihkan. Penting
diingat jenis obat antibiotik harus diberikan sampai habis.
3. Benar pasien : Pastikan obat diminum oleh pasien yang bersangkutan.
4. Benar cara pemberian yaitu melalui oral : berikan obat melalui mulut atau sonde.
5. Benar waktu : Pastikan pemberian obat tepat pada jadwalnya, misalnya 3 x 1
berarti obat diberikan setiap 8 jam dalam 24 jam ; jika 2 x1 berarti obat diberikan
setiap 12 jam sekali.\
Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah
melakukan aktivitas. Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu
menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit disaluran kemih
seperti kencing batu, batu ginjal, dll. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan
sendi. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit karena untuk
mengolah makanan dalam usus sangat dibutuhkan air, tentu saja tanpa air yang cukup
kerja usus tidak dapat maksimal dan timbullah sembelit.
Air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, softdrink, alkohol,
es, maupun sirup dan dianjurkan minimal kita minum air putih 1.5 sampai dengan 2
liter/hari. Minuman seperti kopi, teh kental, softdrink, alkohol, es, maupun sirup
bahkan tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang
mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti kencing manis, darah tinggi, obesitas,
dan jantung.
1. Berat badan (lemak tubuh) cenderung meningkat dengan bertambahnya usia,
sedangkan sel-sel lemak mengandung sedikit air, sehingga komposisi air dalam
tubuh lansia kurang dari manusia dewasa yang lebih muda atau anak-anak dan
bayi.
Fungsi ginjal menurun dengan bertambahnya usia. Terjadi penurunan kemampuan
untuk memekatkan urin, mengakibatkan kehilangan air yang lebih tinggi.
Terdapat penurunan asam lambung, yang dapat mempengaruhi individu untuk
mentoleransi makanan-makanan tertentu. Lansia terutama rentan terhadap
konstipasi karena penurunan pergerakan usus. Masukan cairan yang terbatas,
pantangan diit, dan penurunan aktivitas fisik dapat menunjang perkembangan
konstipasi. Penggunaan laksatif yang berlebihan atau tidak tepat dapat mengarah
pada masalah diare.
Lansia mempunyai pusat haus yang kurang sensitif dan mungkin mempunyai
masalah dalam mendapatkan cairan ( misalnya gangguan dalam berjalan ) atau
mengungkapkan keinginan untuk minum (misalnya pasien stroke).
Masalah cairan yang lebih sering dialami lansia adalah , hal ini berhubungan dengan berbagai perubahan-perubahan yang dialami
sia, diantaranya adalah peningkatan jumlah lemak pada lansia, penurunan fungsi
jal untuk memekatkan urin dan penurunan rasa haus.
Tanda – tanda vital
a. Terjadi peningkatan suhu tubuh
b. Dapat terjadi peningkatan frekuensi pernafasan dan kedalaman pernafasan
(normal : 14 – 20 x/mnt)
c. Peningkatan frek. denyut nadi (normal : 60-100 x/mnt), nadi lemah, halus
d. Tekanan darah menurun
Pemeriksaan Fisik :
a. Kulit kering dan agak kemerahan
b. Lidah kering dan kasar
c. Mata cekung
d. Penurunan BB yang terjadi scr tiba2/drastis
e. Turgor kulit menurun (Lansia kurang akurat)
Perilaku :
a. Penurunan kesadaran
b. Gelisah
c. Lemah
d. Pusing
e. Tidak nafsu makan
f. Mual dan muntah
g. Kehausan (pada lansia kurang signifikan)
Terjadi penurunan jumlah urin
Tanda –tanda vital
a. Terjadi penurunan suhu tubuh
b. Dapat terjadi sesak nafas
c. Denyut nadi teraba kuat dan frekuensinya meningkat
d. Tekanan darah meningkat
Pemeriksaan fisik :
a. Turgor kulit meningkat (lansia kurang akurat)
5
b. Edema
c. Peningkatan BB secara tiba-tiba
d. Kulit lembab
Perilaku :
a. Pusing
b. Anoreksia / tidak nafsu makan
c. mual muntah
Peningkatan jumlah urin (jika ginjal masih baik)
Rumus :
FTcairan×
N =
)(menitW
Keterangan :
N = Jumlah tetesan dalam menit
FT = Faktor tetes ( biasanya 15 )
W = Waktu pemberian dalam menit
cairan = Jumlah cairan dalam ml
Contoh :
Ibu E mendapatkan cairan infus 500 ml dan harus habis dalam 8 jam, berapa tetes
cairan infus yang harus diberikan ?
Jawab :
cairan = 500 ml
Faktor tetes = 15
W = 8 jam x 60 menit
ml 15500 ×
N /166.15 ˜=
mnttetes=
menit480
Darmojo, R. Boedhi.,dkk.1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi.2000. Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC
Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.Jakarta :EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar