Senin, 19 Maret 2012

Timbulnya Akhlak Tasawuf

1.      TIMBULNYA TASAWUF
Tentang kapan awal munculnya tasawuf Ibnul Jauzi mengemukakan, istilah sufi muncul sebelum tahun 200 H. Ketika pertama kali muncul banyak orang yang membicarakannya dengan berbagai ungkapan. Alhasil, tasawuf dalam pandangan mereka merupakan latihan jiwa dan usaha mencegah tabiat dari akhlak-akhlak yang hina lalu membawanya ke akhlak yang baik, hingga mendatangkan pujian di dunia dan pahala di akhirat.
Menurut al- Dzahabi, istilah sufi mulai dikenal pada abad ke- 2 H, tepatnya tahun 150 H. Orang yang dianggap memperkenalkan istilah ini kepada dunia Islam adalah Abu Hasyim al- Sufi atau akrab disebut juga Abu Hasyim al- Kufi. Tetapi pendapat lain menyebutkan bahwa tasawuf baru muncul di dunia Islam pada awal abad ke- 3 H yang dipelopori oleh al- Kurkhi, seorang masihi asal Persia. Tokoh ini mengembangkan pemikiran bahwa cinta kepada Allah SWT adalah sesuatu yang tidak diperoleh dari belajar, melainkan karena faktor pemberian dan keutamaan dari-Nya. Adapun tasawuf baginya adalah mengambil kebenaran-kebenaran hakiki. Tesis ini kemudian menjadi suatu asas dalam perkembangan tasawuf di dunia Islam. Beberapa tokoh lainnya yang muncul pada periode ini adalah al- Suqti (253 H), al- Muhasibi (243), dan Dzunnun al- Hasri (245).
Tasawuf kemudian semakin berkembang dan meluas ke penjuru dunia Islam pada abad ke-4 dengan sistem ajaran yang semakin mapan. Belakangan, al- Ghazali menegaskan tasawuf atau hubbullah sebagai keilmuan yang memiliki kekhasan tersendiri di samping filsafat dan ilmu kalam. Pada abad ke- 4 dan ke- 5 H inilah konflik pemikiran terjadi antara kaumsufi dan para fuqaha. Umumnya, kaum sufi dengan berbagai tradisi dan disiplin spiritual yang dikembangkannya dipandang oleh para fuqaha sebagai kafir, zindiq dan menyelisihi aturan-aturan syariat. Konflik ini terus berlanjut pada abad berikutnya, terlebih lagi ketika corak falsafi masuk dalam tradisi keilmuan tasawuf dengan tokoh-tokohnya seperti Ibn al-‘Arabi dan Ibn al- Faridl pada abad ke- 7 H. Realitas inilah yang kemudian menimbulkan pembedaan dua corak dalam dunia tasawuf, yaitu antara tasawuf ‘amali (praktis) dan tasawuf nazari (teoritis). Tasawuf praktis atau tasawuf sunni atau akhali merupakan bentuk tasawuf yang memagari diri dengan Al-Qur’an dan al- Hadits secara ketat dengan penekanan pada aspek amalan dan mengkaitkan antara ahwal dan maqamat. Sedangkan tasawuf toeritis atau tasawuf falsafi cenderung menekankan pada aspek pemikiran metafisik dengan memadukan antara filsafat dengan ketasawufan.
Di antara tokoh yang dianggap sebagai pembela tasawuf sunni adalah al- Haris al- Muhasibi (243 H), al- Junaid (298 H), al- Kalabadzi (385 H), Abu Thalib al- Makki (386 H), Abu al- Qasim Ab al- Karim al- Qusyaeri (465 H), dan al- Ghazali (505 H). Sedangkan tokoh yang sering disebut sebagai penganut tasawuf falsafi adalah Abu Yazid al- Bustami (261 H), al- Hallaj (309 H), al- Hamadi (525 H), al- Suhrawardi al- Maqtul (587 H) dengan puncaknya pada era Ibn ‘Arabi.
Diprediksi bahwa kemunculan pemikiran tasawuf adalah sebagai reaksi terhadap kemewahan hidup dan ketidakpastian nilai. Tetapi secara umum pada masa awal perkembangannya mengacu pada tiga jalur pemikiran, yaitu:
a.       Gagasan tentang keshalehan yang menunjukkan keengganan terhadap kehidupan urban dan kemewahan.
b.      Masuknya Genostisisme Helenisme yang mendukung corak kehidupan pertapaan daripada aktif di masyarakat.
c.       Masuknya pengaruh Buddisme yang juga memberi penghormatan pada sikap anti dunia dan sarat dengan kehidupan asketisme.

Dari segi sejarah, sufisme sebenarnya dapat di baca dalam 2 tingkat:
a.    Sufisme sebagai semangat atau jiwa yang hidup dalam dinamika masyarakat muslim.
b.    Sufisme yang nampak melekat bersama masyarakat melalui bentuk-bentuk kelembagaan termasuk tokoh-tokohnya.
Perluasan wilayah kekuasaan Islam tidak semata-mata berimplikasi pada penyebaran syiar Islam melainkan juga berimbas pada kemakmuran yang berlimpah ruah. Disintegrasi sosial yang parah mempengaruhi umat mencari pedoman doktrinal yang mampu memberi mereka ketenangan jiwa sekaligus memberi kesadaran yang mengukuhkan iakatan yang damai sesama muslim di antara mereka. Secara garis besar perkembangan tarekat dapat dibaca melalui 3 tahapan, yaitu:
a.       Khanaqah, yakni terbentuknya komunitas syaikh murid dalam aturan yang belum ketat untuk melakukan disiplin-disiplin spiritual tertentu.
b.      Tariqah, yakni perkembangan lebih lanjut di abad berikutnya dimana formulasi ajaran-ajaran, peraturan dan metode-metode ketasawufan mulai terbentuk mapan.
c.       Taifa, yakni masa persebaran ajaran dan pengikut dari suatu tarekat yang melestarikan ajaran syikh tertentu.
Tarekat-tarekat sufi antara lain:
a.       Tiijaniyah
b.      Qodiriyah
c.       Naqsyabandiyah
d.      Syadzaliyah
e.       Rifa’iyah
f.       Dll
Dan ada di antara tarekat-tarekat ini yang sudah bubar, akan tetapi sekarang kita menemukan tareka-tarekat lain yang tidak terlalu terkenal dengan pengikut yang sangat sedikit dan penyebarannya juga lambat.

Terdapat 3 sasaran antara dari tasawuf, yaitu:
a.       Pembinaan aspek moral.
b.      Ma’rifatullah melalui metode kasyf al- hijab.
c.       Bahasan tentang sestem pengenalan dan hubungan kedekatan antara Tuhan dan makhluk. Dekat dalam hal ini dapat berarti: merasakan kehadiran-Nya dalam hati, berjumpa dan berdialog dengan-Nya, ataupun penyatuan makhluk dalam iradah Tuhan.

a)      Di antara Ucapan-Ucapan Tokoh Kaum Sufi
1)      Ibnu Arabi, salah satu tokoh utama kaum sufi meyakini bahwa Allah itu makhluk. Hal itu diketahui melalui ucapannya: “Maka ia memujiku dan Aku memujiNya, dan Ia menyembahku dan aku menyembahNya.
2)      Al- Junaid, mensyaratkan bagi para pemula agar tidak menyibikkan hatinya dengan 3 hal, yaitu: usaha (bekerja, mencari hadits dan kawin).
3)      Al- Hallaj, mengaku bahwa telaj turun kepadanya risalah-risalah yang banyak dengan tulisan Allah ‘azza wa jalla.

2.      SUMBER-SUMBER TASAWUF
1)      Al- Qur’an
Sebagai patokan hukum agama Islam, Al- Quran di dalamnya terdapat nash-nash yang juga mengupas tentang akhlak tasawuf. Istilah akhlak tasawuf terdiri dari 2 kata, yaitu akhlak dan tasawuf. Berikut ini akan dipaparkan sumber dari Al- Qur’an mengenai akhlak dan tasawuf.

a.       Akhlak
Dalam Al- Qur’an kata yang berkaitan dengan akhlak diantaranya adalah Q.S. Asy- Syu’ara: 137, yang berbunyi:

إِنْ هَذَا إِلَّا خُلُقُ الْأَوَّلِينَ
Artinya: (Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-oang terdahulu.
Lalu dalam Q.S. Al- Qalam:4, yang berbunyi:

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Artinya: Sesungguhnya engkau (Muhammad) adalah orang yang berakhlak sangat mulia.
Dua ayat ini, baik dilihat dari asal kata dan muatan kata, dapat dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa istilah akhlak memang terdapat dalam Al-Qur’an.
Dua ayat ini, baik dilihat dari asal kata dan muatan kata, dapat dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa istilah akhlak memang terdapat dalam al-Qur’an.

b.      Tasawuf
Terdapat dalam Q.S Yusuf: 20, yang berbunyi:

وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُودَةٍ وَكَانُواْ فِيهِ مِنَ الزَّاهِدِينَ
Artinya: Dan mereka menjual yusuf dengan harta yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka (anggota kafilah dagang) merasa tertarik hari mereka terhadapnya (Yusuf).


2)      Hadits
            Pada penjelasan hadits ini diuraikan sumber-sumber dari al- Hadits yang berkaitan dengan akhlak tasawuf.
Hadits yang berkaitan dengan akhlak tasawuf.
a.     Akhlak
Istilah akhlak yang berkaitan dengan al-Hadits memang ada dasarnya. Di sini akan dikutipkan salah satu hadits yang secara eksplisit menyinggung istilah akhlak.
Nabi bersabda: “ Bahwasanya aku dibangkitkan (diutus) adalah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak. (HR. Baihaqy)”.
                                                                           
b.    Tasawuf
Hadits yang mengenai tasawuf, yaitu:
Artinya: Sungguh adalah dalam diri Rasulullah itu bagimu sebagai suri tauladan dan baik (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Akhir dan dia banyak menyebut Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar