Rabu, 11 April 2012

Tugas DDP kelompok 1

BAB II PEMBAHASAN
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

A. Sejarah dan Pengertian Aliran Pendidikan
Aliran-aliran pendidikan telah dimaulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalm kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini. Oleh karena itu bahasan tersebut hanya dibatasi pada beberapa rumpun aliran klasik, pengaruhnya sampai saat ini dan dua tonggak penting pendidikan di Indonesia.

Dengan segala potensi yang dimiliki, manusia bisa dengan mudah menerima pendidikan dan pengajaran, dan mempunyai sifat alamiah (kodrati) yaitu ingin tahu. Atas dasar itu para filsuf dan psikologi pendidikan mengemukakan pikirannya tentang adanya kemungkinan ada manusia bisa dididik dan menerima pendidikan.

Secara etimologi, kata “aliran’ adalah bentuk nomina dari kata alir, yang kemudian mendapat akhiran –an- yang berarti haluan, pendapat dan paham.

Menurut pendapat Abd. Rahman Getteng, usaha membina dan mengembangkan potensi manusia baik jasmani maupun rohani agar tujuan kehadirannya di dunia sebagai hamba dan khalifah Allah bisa terwujud dengan baik Sedangkan menurut Abd. Rahman Al Nahlawi pendidikan Islam adalah “Upaya mengembangkan pikiran manusia, menata tingkah lakunya, emosinya pada seluruh aspek kehidupan agar tujuan yang di kehendakinya bisa terealisasi.

B. Macam-macam Aliran pendidikan
Aliran pendidikan di sini adalah aliran pendidikan yang klasik. Aliran pendidikan klassik ini terdiri dari aliran empirisme, naturalisme, nativisme dan konvergensi. Berikut ini adalah pembahasan dari masing-masing aliran. Selain itu kami juga menambahkan satu aliran lagi yaiu aliran progresivisme.
1. Aliran Empirisme
Empirisme berasal dari kata empiri yang berarti pengalaman. Aliran empirisme atau environmental menyatakan bahwa perkembangan seorang individu akan ditentukan oleh pengalaman - pengalaman yang diperolehnya selama perkembangan individu tersebut. Pendidikan pun termasuk pada pengertian pengalaman seorang individu. Menurut teori ini, seseorang dilahirkan bagaikan kertas putih bersih atau meja berlapis lilin yang belum ada tulisannya. Pengalaman sebagai tulisan atau corak yang mengisi kertas putih tersebut. Teori ini dikemukakan oleh John Locke ( 1632 - 1704 M ) yang dikenal dengan teori tabula rasa. Adapun tokoh lain, yaitu J. Herbart ( 1776 - 1941 M ) yang mengemukakan bahwa manusia ketika lahir bagaikan sebuah bejana kosong. Pengalaman yang dialami anak akan menjadi isi dari bejana tersebut. Jadi anak akan dijadikan apa saja itu tergantung kepada pendidiknya. Di sini kelihatan betapa pentingnya pendidikan itu .

Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke.

2. Aliran Nativisme
Nativisme berasal dari kata nativus yang berarti terlahir. Aliran nativisme menyatakan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor keturunan atau bawaan sejak lahir. Menurut aliran ini, setiap individu ketika dilahirkan telah membawa sifat - sifat tertentu yang akan menentukan keadaan individu yang bersangkutan. Dengan demikian, menurut aliran ini keberhasilan belajar seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri. Faktor lain, yaitu lingkungan dan pengalaman yang termasuk di dalamnya adalah pendidikan tidak akan berpengaruh terhadap perkembangan individu itu. Teori ini dikemukakan oleh Arthur Schopenhauer ( Belanda, 1788 - 1860 M ). ( Bigot, Kohstamm, Palland, 1950 ).

Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat jahat sejak lahir maka ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik sejak lahir maka ia akan menjadi baik. Dapat dikatakan, pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat anak tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri. Nativisme adalah tentang adanya pengakuan daya asli yang telah terbentuk ketika manusia lahir ke dunia, yaitu daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter (keturunan).

Tidak ada gunanya orang mendidik kalau bakat anak memang jelek . sehingga pendidikan diumpamakan “Merubah Emas menjadi Perak”. Jadi suatu hal yang tidak mungkin .

Aliran ini mengakibatkan pesimistis untuk pendidikan, karena pendidikan menjadi suatu usaha yang tidak berdaya menghadapi perkembangan manusia. Manfaat pendidikan hanya sekedar memoles permukaan peradaban dan tingkah laku sosial, sedangkan lapis kepribadian yang lebih dalam tidak perlu ditentukan. Aliran ini menganggap kepribadian harus diterima apa adanya tanpa mempercayai adanya nilai - nilai pendidikan untuk mengubah kepribadian.

Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.

3. Aliran Naturalisme
Nature artinya alam atau apa yang dibawa sejak lahir . Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu. Dari pandangan tersebut dapat ditarik pengertian sebagai berikut:
a) Semua manusia yang baru lahir mempunyai pembawaan baik, kemudian menjadi rusak oleh tangan manusia.
b) Pendidikan dapat merusak pembawaan anak yang baik, karena aliran ini memandang tidak perlu adanya pendidikan bagi pengembangan bakat dan kemampuan anak. Hal yang diperlukan adalah menyerahkan anak kepada alam ( nature) agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak ole manusia melalui kegiatan pendidikan.
c) Perlu adanya permainan bebas bagi anak untuk mengembangkan pembawaan, kemampuan dan kecenderungannya untuk mempertahankan segala yang baik yang telah diberikan oleh Sang Pencipta. Rohracher, seorang psikolog Austria mempunyai pendapat yang sama dengan J.J Rosseau yang mengemukakan bahwa manusia hanyalah hasil suatu proses alam menurut hukum tertentu. Manusia itu bertanggung jawab pada dirinya tentang keadaan dirinya sendiri. Ia rtidak bertanggung jawab tentang bakatnya. Aliran naturalisme disebut juga aliran negativisme karena berpandangan bahwa pendidik hanya membiarkan anak tumbuh dan berkembang dengan sendirinya selanjutnya diserahkan kepada alam agar pembawaan baik yang dimilikinya tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui kegiatan pendidikan. Akan tetapi agar lebih bijak untuk menghadapi kenyataan tersebut, sebagai pendidik harus mengupayakan yang terbaik untuk mengarahkan anak tetap baik sesuai dengan keadaan ketika anak tersebut lahir. Menurut pandangan M. Arifin dan Aminuddin R, dalam artikelnya aliran ini mempunyai konsep tentang pembelajaran.
d) Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinya secara alami
e) Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan sebagai fasilitator atau nara sumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian anak didik ke arah pandangan positif dan tanggap terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugersti dari pendidik. Tanggung jawab belajar terdapat pada anak didik itu sendiri
f) Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat peserta didik, dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi pada pola belajar anak didik. Anak didik secara bebas diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya sendiri sesuai dengan minat dan perhatiannya.

Dengan demikian, aliran naturalisme menitikberatkan pada strategi pembelajaran yang bersifat peadosentris, yaitu faktor kemampuan individu anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar mengajar. Jadi, pendidikan yang merupakan bagian dari pengalaman individu, dijadikan sebagai kemudahan agar anak berkembang sesuai dengan kodrat alamiahnya.

4. Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.

Anak yang mempunyai pembawaan yang baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak secara optimal apabila tidak didukung oleh bakat yang baik yang dibawa oleh anak. Akan tetapi William Stern tidak mengemukakan seberapa besar perbandingan pengaruh dari faktor bawaan dan lingkungan.

Aliran ini menganggap bahwa pendidikan sangat bergantung pada faktor pembawaan atau bakat anak dan lingkungan. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian interaksi antara pembawaan dan lingkungan. Pribadi peserta didik akan terbentuk sebagai hasil dari kedua faktor tersebut. Pandangan ini diidentifikasikan pendidikan sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung rasional.

Di Indonesia, teori yang dikemukakan aliran ini dapat diterima seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, sebagai berikut : “Tentang hubungan antara dasar dan keadaan ini menurut ilmu pendidikan ditetapkan adanya konvergensi yang berarti bahwa kedua - duanya saling mempengaruhi, hingga garis dasar keadaan itu selalu tarik menarik dan akhirnya menjadi satu. Mengenai perlu tidaknya tuntutan di dalam tumbuhnya manusia, samalah keadaannya dengan soal perlu atau tidaknya pemeliharaan dalam tumbuhnya tanam - tanaman. Misalnya, kalau sebutir jagung yang baik dasarnya jatuh di tanah yang baik, banyak airnya dan mendapat sinar matahari, maka pemeliharaan dari bapak tani tentu akan menambah baik tanaman. Kalau tak ada pemeliharaan, sedangkan tanahnya tidak baik atau tempat jatuhnya biji jagung itu tidak mendapat sinar matahari atau kekurangan air, maka biji jagung itu walaupun dasarnya baik, tak akan dapat tumbuh baik karena pengaruh keadaan. Sebaliknya kalau sebutir jagung tidak baik dasarnya, akan tetapi ditanam dengan pemeliharaan yang sebaik - baiknya oleh bapak tani, maka biji itu akan dapat tumbuh lebih baik daripada biji lain yang tidak baik dasarnya” (Ki Hajar Dewantara, 1962). Jadi, pandangan teori konvergensi dapat disimpulkan sebagai berikut :
a) Pendidikan itu serba mungkin diberikan kepada anak didik.
b) Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan kepada anak untuk mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah pembawaan yang buruk
c) Hasil pendidikan tergantung dari pembawaan dan lingkungan.

Aliran ini lebih banyak digunakan oleh para pendidik sekarang, karena aliran
Nativisme dan aliran Empirisme termasuk aliran yang sudah kuno, tidak banyak lagi pengikutnya .

5. Aliran Progresivisme
Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan, agar manusia bisa survive menghadapi semua tantangan hidup. Dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadiaan manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini menyadari dan mempraktikkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Dan dinamakan environmentalisme, Karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi pembinaan kepribadiaan (Muhammad Noor Syam, 1987: 228-229).



BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Aliran-aliran pendidikan disini adalah aliran pendidikan yang klasik. Aliran pendidikan klasik ada empat, yaitu aliran empirisme, aliran nativisme, aliran naturalisme dan aliran konvergensi.
Aliran Empirisme, yaitu menyatakan bahwa perkembangan seorang individu akan ditentukan oleh pengalaman - pengalaman yang diperolehnya selama perkembangan individu tersebut.
Aliram Nativisme, yaitu menyatakan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor keturunan atau bawaan sejak lahir. Menurut aliran ini, setiap individu ketika dilahirkan telah membawa sifat - sifat tertentu yang akan menentukan keadaan individu yang bersangkutan.
Aliran Naturalisme, yaitu bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Aliran ini menitikberatkan pada strategi pembelajaran yang bersifat peadosentris, yaitu faktor kemampuan individu anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar mengajar.
Aliran Konvergensi, yaitu menganggap bahwa pendidikan sangat bergantung pada faktor pembawaan atau bakat anak dan lingkungan. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian interaksi antara pembawaan dan lingkungan.

B. SARAN
Demikian makalah yang kami buat semoga bermanfaat bagi pembaca. Kami mengharap kritik dan saran yang bermanfaat dari pembaca agar lebih baik dalam pembuatan makalah.





DAFTAR PUSTAKA

Barnadib, Sutari Imam. 1984. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: Fakultas
Ilmu Pendidikan (FIP)-IKIP.
Purwanto, M. Ngalim. 2011. Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung:PT Remaja
Rosdakarya.
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
www.thoriq.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar