Minggu, 29 Januari 2012

Kedudukan Tauhid Dalam Islam

A.    Kedudukan Tauhid Dalam Islam
Kedudukan tauhid dalam ajaran islam adalah paling sentral dan paling esensial. Tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah SWT sebagai focus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur dan sebagai satu- satunya sumber nilai. Apa yang dikendaki oleh Allah SWT akan menjadi nilai bagi manusia yang bertauhid, dan tidak akan menerima otoritas dan petunjuk, kecuali otoritas dan petunjuk Allah SWT. Komitmennya kepada Tuhan adalah utuh, total, positif dan kukuh, mencakup cinta dan pengabdian, ketaatan dan kepasrahan kepada Tuhan, serta berkemauan keras untuk menjalankan kehendak-Nya.
Dalam ajaran islam, tauhid tersimpul dalam kalimat  “Laailaahaillallah”   yang artinya “ Tidak ada Tuhan selain Allah”. Dengan mengatakan “ Tidak ada Tuhan selain Allah” seorang manusia-tauhid, memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq atau Maha Pencipta ( Tauhidur Rububiyah), dan menisbikan selain-Nya sebagai makhluk atau ciptaan-Nya ( Tauhidul Uluhiyyah). Kalimat tersebut sesungguhnya mengandung nilai pembebasan bagi manusia. Manusia yang bertauhid mengemban tugas untuk membebaskan manusia dari penyembah sesama manusia kepada menyembah Allah SWT. Dengan bertauhid kepada Allah SWT, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, melainkan juga akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia lainnya. Tidak ada manusia yang lebih superior atau inferior terhadap manusia lainnya. Setiap manusia adalah hamba Allah SWT yang berstatus sama, yang membedakannya hanyalah tingkat ketaqwaan mereka kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ [٤٩:١٣]
   :artinya
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”. ( QS. Al Hujraat : 13).

Sementara itu sebagian masyarakat penganut islam masih belum memahami arti tauhid, sehingga mereka sesungguhnya masih belum merdeka dan belum mencari status manusiawinya. Disinilah sebenarnya letak kemerdekaan dari masyarakat muslim sekarang ini. Dapat dikatakan bahwa keterbelakangan ekonomi, stagnasi intelektual, degenerasi social, dan pelbagai macam kejumudan lainnya yang diderita oleh masyarakat muslim, sesungguhnya berakar pada kemerosotan tauhid. Oleh karena itu, untuk melakukan restorasi dan rekonstruksi manusia muslim, baik secara individual maupun kolektif, tauhid merupakan masalah pertama dan terpenting untuk segera disegarkan dan diluruskan.
Suatu hal yang tidak boleh dilupakan ialah bahwa komitmen manusia tauhid tidak saja terbatas pada hubungan vertikalnya dengan Tuhan, melainkan juga mencakup hubungan horizontal dengan sesama manusia dan  seluruh makhluk, dan hubungan- hubungan ini harus sesuai dengan kehendak Allah SWT. Kehendak Allah SWT ini memberikan visi kepada manusia tauhid untuk membentuk suatu masyarakat yang mengejar nilai- nilai utama dan mengusahakan tegaknya keadilan social.
Visi ini dapat memunculkan misi kepada manusia tauhid yaitu manusia tauhid terinfirasi untuk mengubah dunia disekelilingnya agar sesuai dengan kehendak Allah SWT. Misi ini menuntut serangkaian tindakan agar kehendak Allah SWT terwujud menjadi kenyataan, dan misi ini merupakan bagian integral dari komitmen manusia tauhid kepada Allah SWT. Misi manusia tauhid untuk mengubah dunia, menegakkan kebenaran dan keadilan, merealisasikan pelbagai nilai utama, dan memberantas kerusakan di muka bumi      ( fasadul fil ardi), bukan sekedar suatu derivative, melainkan merupakan bagian integral dari komitmen manusia tauhid kepada Allah SWT. Dengan misi ini juga akan terwujud suatu bentuk kehidupan social yang adil dan etis.


B.     Fungsi Tauhid Dalam Kehidupan Muslim
Tauhid mempunyai peranan penting dalam kehidupan umat muslim. Diantara fungsi- fungsi sosial tauhid dalam kehidupan muslim di era modern adalah :
     a.  Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua makhluk.
Sampai sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang cenderung mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu, mereka juga banyak yang menyerah dan tunduk begitu saja kepada para pemimpin mereka, tanpa daya piker kritis serta keberanian untuk mengkritik. Padahal Al- Qur’an telah mengingatkan bahwa orang- orang yang tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka akan kecewa dan mengeluh di hari akhir.
Firman Allah SWT SWT :
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا [٣٣:٦٦]
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا [٣٣:٦٧]
“Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati
pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan
kami dari jalan (yang benar). Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan
dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada
Allah dan taat (pula) kepada Rasul". ( QS. Al- Ahzaab : 66-67).
Fungsi ini dirujukkan pada kalimat “LailaahaillAllah SWT” ( tidak ada Tuhan selain Allah). Kalimat ini merupakan kalimat pembebasan bagi manusia. Dengan mengucapkan “ tidak ada Tuhan selain Allah”  berarti seorang muslim telah memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq atau ciptaan-Nya. Dan sebenarnya umat muslim mengemban tugas untuk melaksanakan “tahrirunnasi min ‘ibadatil ‘ibad  ila ‘ibadatillahi ”  atau membebaskan manusia dari menyembah sesama manusia kepada menyembah Allah SWT semata.
b.   Mengajarkan emansipasi manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka.
Suatu kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan akal sehat dan mendistorsi pikiran jernih. Sebenarnya telah dengan tajam Al- Qur’an menyindir orang-orang seperti ini.
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا [٢٥:٤٣]
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا [٢٥:٤٤]

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?
atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”. ( QS. Al- Furqon :
43-44).
c.   Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Maksudnya ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam menemukan hakikat kebenaran mengenai segala yang ada di alam semesta ini pada seginya yang abstrak, potensial, maupun yang konkret. Namun kenyataannya umat muslim sekarang berada dalam suatu ironi ( keterbalikan) dimana kemiskinan, kelaparan dan kebodohan belum juga teratasi; jarak antara si kaya dengan si miskin semakin tajam; keadilan dan kejujuran semakin langka; seta kebenaran semakin mudah direkayasa di tengah – tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada tujuan ilmu pengetahuan dan teknologi justru demi upaya pembebasan dan memudahkan manusia ( umat muslim khususnya) dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah hidup mereka.


d.   Menjadikan islam tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia.
Apabila tauhid direlasikan dengan ilmu pengetahuan maka dapat menjadikan islam tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia dan mampu menjembatani wilayah- wilayah peradaban local menjadi peradaban mondial karena tauhid merupakan paradigma dari metode ilmiah dalam seluruh wilayah ilmu pengetahuan umat islam. Sebagai bukti banyak ilmuan kelas dunia yang lahir dari dunia islam dan karya- karyanya telah menjadi bidan  bagi kelahiran ilmu pengetahuan dan peradaban barat modern.
e.    Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup  seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten.
Dengan menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta merealisasikan perintah yag ada, maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta kedamaian hidup yang tak terhingga. Karena telah di tanjapkan dalam hati bahwa tidak ada yang memiliki kekuatan maupun kekuasaan selain Ilahirabbi.
f.     Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai
pusat kesadaran intelektual mereka.
Dengan kata lain, bahwa semua aktivitas yang dilakukan maupun kejadian yang terjadi merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu telah diatur dengan sempurna oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh isi alam ini, Dia mengetahui segala hal yang ghoib ( abstrak) maupun yang dzohir, yang tersembunyi maupun yang tampak, Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah dan tiada Tuhan selain Dia.
Dengan diketahuinya fungsi- fungsi tauhid oleh umat islam serta mereka dapat dan mau mengaplikasikannya dalam kehidupan maka mereka akan menjadi manusia tauhid yang memiliki cirri-ciri positif, yaitu :
1.  Memiliki komitmen utuh pada Tuhannya. Ia akan berusaha secara maksimal untuk menjalankan pesan dan perintah Allah SWT sesuai dengan kadar kemampuannya.
2.  Menolak pedoman hidup yang datangnya bukan dari Allah SWT. Dalam kontek masyarakat manusia, penolakannya berarti emansipasi dan pengembangan kebebasan esensialnya dari seluruh belenggu buatan manusia, supaya komitmennya pada Allah SWT menjadi utuh dan kukuh.
3.  Bersikap progresif dengan selalu melakukan penilaian terhadap kualitas kehidupannya, adat- istiadatnya, tradisi dan faham hidupnya. Bila dalam penilaiannya ternyata terdapat unsure- unsure syirik dalam arti luas, maka ia selalu bersedia untuk berubah dan mengubah hal- hal itu agar sesuai dengan pesan- pesan Ilahi. Manusia tauhid progresif kareana ia tidak  pernah menolak setiap perubahan yang positif.
4.  Tujuan hidupnya sangat jelas. Ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya hanyalah untuk Allah SWT semata. Ia tidak akan terjerat ke dalam nilai- nilai kekuasaan dan kesenangan hidup tanpa tujuan.
5.  Memiliki visi dan misi yang jelas tentang kehidupan yang harus dibangunnya bersama manusia lain; suatu kehidupan yang harmonis antar sesama manusia; dan ia akan terdorong untuk mengubah dunia dan masyarakat sekelilingnya sehingga semangat untuk berkarya bagi kemaslahatan umat.

C.     Realita Implementasi Tauhid Sosial Dalam Kehidupan Masyarakat
Konsep awal dari tauhid adalah  menempatkan Allah sebagai Rabb. Allah telah menciptakan alam semesta sebagai khaliq (pencipta), dan kita adalah makhluk (yang diciptakan). Sehingga, manusia harus tunduk pada penciptanya. Konsep ini merupakan konsep paling pokok dalam aqidah, sehingga jika seseorang belum mengimani hal ini, ia tidak dapat dianggap sebagai seorang muslim yang lurus.
Akan tetapi, konsep tauhid dalam tataran yang lebih luas tidak cukup hanya dengan membenarkan bahwa Allah itu Maha Esa. Tauhid sejatinya memerlukan manifestasi dalam realitas empiris. Jika tauhid kita artikan peng-esakan tuhan, maka pengakuan kita bahwa tuhan hanya ada satu dan artinya kita hanya harus fokus pada satu tuhan, tidak lebih dan tidak kurang, dan tidak lain hanyalah Allah SWT. Salah satu aplikasi sosialnya adalah tidak adanya peramal atau dukun, artinya kita hanya percaya pada Allah yang bisa memberikan pertolongan, bukan dukun atau peramal.
Makna lain dari Tauhid adalah kesetiaan dan ketaatan kita terhadap Tuhan. Kita bertauhid berarti kita mengikat diri dengan kita kepda Tuhan, janji untuk taat terhadap segala aturan yang Dia berikan. Kita tidak bisa dikatakan sebagai orang yang bertauhid ketika kita melanggar janji kita dengan Tuhan, ketika kita mengingkari perintahny, meskipun kita tetap percaya dan teguh bahwa Tuhan itu Esa. Artinya, tidak cukup dengan mengesakan Tuhan tanpa melakukan ibadah-ibadah yang diperintahkanNya, baik ibadah spiritual maupun sosial.
Tidak bisa kita pungkiri jika saat ini banyak orang percaya Tuhan itu Esa, mengaku bahwa Muhammad itu Nabi mereka, akan tetapi mereka tidak pernah sekalipun melakukan penyembahan terhadapNya baik sholat ataupun puasa atau yang lainnya, mereka juga tidak peka terhadap kehidupan sekitarnya, mereka tidak menghiraukan ketimpangan-ketimpangan sosial yang terjadi didekatnya. Hal ini menunjukkan bahwa Tauhid hanya menjadi panjangan hati saja tanpa implikasi sosial yang berarti.
Makna ini juga mempunyai sisi lain yang dapat dan harus kita implementasikan dalam kehidupan sosial. Kesetiaan dan ketaatan adalah sebuah keniscayaan yang harus kita miliki selama kita menginginkan kehidupan yang tentram. Karena hanya dengan keduanya kita bisa membangun kepercayaan orang lain terhadap kita. Kita harus setia terhadap aturan dan hukum sosial yang ada, kita juga harus setia dan taat terhadap segala janji yang kita ucapkan terhadap orang lain. Ini adalah pondasi kita untuk menggapai kesejahteraan bersama sebagai makhluk yang oleh Plato disebut Zoon Politicon atau makhluk yang bermasyarakat.
Jika kita ingat sebuah perkataan Nabi yang menyatakan bahwa jika kita berjanji lalu kita mengingkari, maka kita masuk dalam golongan orang-orang munafik. Maka sama dengan hal ini, jika kita tidak setia dan tidak taat terhadap janji kita dalam ranah sosial, maka itu berarti bahwa kita “munafik sosial”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar