Minggu, 12 Februari 2012

Tugas Kelompok PGMI A (SKI)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN


Mata Kuliah                 : SKI dan Pembelajarannya                                          Revisi ke                                  : 4
Kode                            :                                                                                   Tanggal Revisi                         : 6 Februari 2012
SKS                             : 4                                                                                Tanggal Mulai Berlaku             : 13 Februari 2012
Jumlah Jam Kuliah      : 28 X 100 menit                                                          Penyusun                                 : Dra. Siti Johariyah, M.Pd
Kegiatan Laboratorium            : 14 x 100 menit                                                          Penanggungjawab Keilmuan    : Dra. Siti Johariyah, M.Pd
                                                                                                                       
Ranah Integrasi-Interkoneksi            :
a.       Filosofis: sebenarnya kajian inti dari mata kuliah SKI dan  Pembelajarannya yang paling dominan adalah menyangkut nilai-nilai kemanusiaan  dalam kehidupan masyarakat. Dalam setiap pembahasan keilmuan nilai-nilai tersebut pasti menyatu karena pada dasarnya nilai-nilai kemanusiaan itu ada pada setiap ilmu dan pembahasannya. Kajian kemanusiaan dalam konteks sosial beserta nilai-nilainya ini sebenarnya juga pembahasan tentang nilai-nilai agama. Dengan demikian mahasiswa harus diberi pemahaman yang jelas bahwa dalam keilmuan tidak ada dualisme (dikhotomi) antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Apapun persoalan penanaman nilai-nilai sejarah  dalam kaitannya dengan kehidupan sosial dapat dipecahkan melalui berbagai cara/mtode/strategi pembelajaran yang dinilai efektif.
b.      Materi : Pembelajaran SKI yang secara spesifik mempelajari substansi dan metodologi pembelajaran  SKI, sudah barang tentu membutuhkan bantuan dari disiplin lain seperti sosiologi, antropologi, psikologi sosial, mengingat subyek yang dikaji adalah sejarah masyarakat yang dalam realitasnya selalu mengalami perubahan. Desain Instruksional, strategi pembelajaran, pengembangan kurikulum, pengembangan evaluasi dan lain-lain juga sangat dibutuhkan sebagai pelengkap deskripsi kajian, karena melalui disiplin tersebut dapat diketahui cara-cara yang baik untuk membuat perencanaan pembelajaran SKI dan bagaimana membuat proses pembelajaran SKI menjadi efektif.
c.       Proses integrasi-interkoneksi: Model kajian yang akan ditempuh dalam proses integrasi-interkoneksi pada mata kuliah ini mencakup tiga model yaitu informatif, konfirmatif dan korektif. Model informatif yaitu pembahasan tema-tema dalam mata kuliah Pembelajaran SKI ini akan diperkaya dengan informasi dari disiplin ilmu yang telah disebutkan di atas. Konfirmatif yaitu pembahasan tema-tema dalam mata kuliah Pembelajaran SKI ini akan dipertegas dan dipertajam dengan tinjauan secara teoritis dan praktis. Model kajian korektif yaitu pembahasan tema-tema dalam mata kuliah Pembelajaran SKI ini akan dikonfrontir dengan kenyataan di lapangan (lembaga pendidikan) atau perkembangan kontemporer dunia pendidikan dan berbagai permasalahan yang dihadapi lembaga pendidikan, dan pendidik  sejarah khususnya.

Mata Kuliah  Pendukung Integrasi-Interkoneksi:
a.       Sejarah Kebudayaan Islam
b.      Sejarah Pendidikan Islam                                       e.   Strategi dan Metode Pembelajaran
c.       Pengembangan Kurikulum                                     f.   Pengembangan Media MI
d.      Desain instruksional                                              g.   Pengembangan Evaluasi MI

Deskripsi Mata Kuliah:
Mata kuliah ini mencakup aspek substansi dan metodologi. Substansi dimaksudkan sebagai materi kajian Sejarah Kebudayaan Islam. Metodologi dimaksudkan sebagai cara atau strategi yang digunakan dalam penyampaian materi Sejarah Kebudayaan Islam.
Pembelajaran SKI  merupakan mata kuliah yang memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang berbagai hal terkait dengan substansi materi kajian Sejarah Kebudayaan Islam sebagaimana termaktub dalam Kompetensi Dasar Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah. Selain itu para mahasiswa juga diajak untuk bersama-sama  memahami cara yang efektif untuk membuat perencanaan pembelajaran dan menerapkan perencanaan pembelajaran tersebut serta menganalisis dan mengkritisi substansi materi, perencanaan pembelajaran dan praktiknya, guna mendapatkan pemahaman dan ketrampilan yang lebih baik dalam membelajarkan SKI yang mencakup multi ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) secara efektif. Untuk itu dalam perkuliahan Pembelajaran SKI selain  mahasiswa  diajak untuk memahami, menganalisis dan mendiskusikan kandungan substansi SKI dan metodologi pembelajarannya, mahasiswa akan diajak pula memahami beberapa materi pengantar untuk masuk pada substansi SKI, seperti: pengertian SKI, Kurikulum SKI, Pendekatan Pembelajaran SKI, serta  silabus dan RPP SKI.

Standar Kompetensi
Mahasiswa mampu memahami proses perkembangan sejarah kebudayaan Islam sebagaimana termaktub dalam Kurikulum SKI MI  dan mampu membelajarkannya secara metodologis.


Pertemuan Ke
Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pokok
Aktivitas Pembelajaran
Sumber Belajar



1
Mahasiswa Memahami Proses Perkuliahan
Mahasiswa dapat:
    - Mendeskripsikan Satuan Acara
       Perkuliahan dengan baik
    - Menunjukkan komitmen
       terhadap proses perkuliahan
Kontrak Belajar Overview Mata Kuliah
Interactive Lecturing
SAP
 Dosen




2,3
Mahasiswa memahami Konsep dasar Kurikulum secara umum
Mahasiswa dapat:
-    Menjelaskan Pengertian   
      Kurikulum
-    Menyebutkan
      KomponenKurikulum
-    Menyebutkan Dasar
      Pengembangan
     Kurikulum
Konsep Kurikulum
Interactive Lecturing
SynergeticTeaching The Power of Two
Nana Saodih Sukmadinaata, Pengembangan
Kurikulum; Teori dan Praktek KTSP SKI MI




         ,4
Mahasiswa memahami Kurikulum SKI MI
 -  Mendeskripsikan Kurikulum
   SKI KBK MI
- Mendeskripsikan Kurikulum SKI
   KTSP MI
-  Mendiskripsikan Kurikulum SKI   MI Permenag No.2 Th 2008
Kurikulum SKI MI
Interactive Lecturing Reconecting Information Search Student Recap
Kurikulum SKI MI KBK Kurikulum SKI MI KTSP
Permenag No.2 Th 2008




5
Mahasiswa memahami konsep dasar Silabus dan RPP
Mahasiswa dapat:
-          Menjelaskan Pengertian Silabus
-          Menjelaskan Pengertian RPP
-          Mengidentifikasi Perbedaan Silabus dan RPP
-          Menyebutkan Komponen minimal silabus dan RPP
Silabus dan RPP
Interactive Lecturing Reconecting The Listening Team Topical Review
Puskur, Pengantar Silabi
Puskur, Pengantar RPP





6
Mahasiswa memahami pendekatan dalam pembelajaran SKI
Mahasiswa dapat:
-          Menjelaskan Pengertian Pendekatan Pembelajaran SKI
-          Menyebutkan Macam-macam pendekatan (Estetis, Etis, Kritis, Perubahan Sosial)
-          Menjelaskan Teknik Pemilihan Pendekatan
Pendekatan dalam Pembelajaran SKI
Interactive Lecturing TV Commercial Small Group Discusion Student Recap
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah Kurikulum SKI MI







7,8
Mahasiswa memahami Pengembangan Tujuan SKI
Mahasiswa dapat:
-          Menjelaskan Pengertian Standar Kompetensi
-          Menjelaskan Pengertian Kompetensi Dasar
-          Menjelaskan Pengertian Indikator
-          Mendeskripsikan Perbedaan SK, KD, dan Indikator
-          Menjelaskan Teknik Perumusan Indikator
Pengembangan Tujuan Pembelajaran (SK, KD, Indikator)
Interactive Lecturing Reconnecting The Power of Two Student Recap
Puskur, KTSP Depag RI, Kurikulum SKI MI Nasar, Merancang Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan



9
Mahasiswa memahami Pengembangan Materi SKI
Mahasiswa dapat:
-          Menjelaskan Pengertian Materi Pembelajaran
-          Menyebutkan Macam-macam materi pembelajaran
-          Menjelaskan Teknik Pengembangan Materi SKI MI
Pengembangan Materi SKI MI
Interaktive Lecturing reconnecting The Listening Team Topical Review
Nasar, Merancang Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan
 Depag RI, Kurikulum SKI MI




10
Mahasiswa memahami Pengembangan Konsep Dasar Strategi Pembelajaran
Mahasiswa dapat:
-          Menjelaskan Pengertian Strategi Pembelajaran
-          Mentebutkan Macam Strategi Pembelajaran
-          Menjelaskan Teknik Pemilihan Strategi
Pengembangan Strategi Pembelajaran SKI
Interactive Lecturing Reconnecting Information Search Student Recap
Nasar, Merancang Pembel;ajaran Aktif dan Menyenangkan
 Mel Siberman, Pembelajaran Aktif
Nana Sujana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar





11
Mahasiswa memahami Konsep dasar Pengembangan Media Pembelajaran SKI
Mahasiswa dapat:
-          Menjelaskan Pengertian Media Pembelajaran
-          Menyebutkan Macam Media
-          Menjelaskan Teknik Pembuatan Pembelajaran SKI
-          Menjelaskan Tenik Pemanfaatan Media Pembelajaran SKI
Pengembangan Media Pembelajaran SKI
Interactive Lecturing Synergetic Teaching The Power of Two
Study Recap
Nana Sujana, Media Pembelajaran
Rofik, Hand Out Media Pembelajaran PAI




12
Mahasiswa memahami Konsep dasar Pengembangan Evaluasi
Mahasiswa dapat:
-          Menjelaskan Pengertian Evaluuasi
-          Menyebutkan Macam Evaluasi
-          Menjelaskan Teknis Evaluasi Pembelajaran SKI
Pengembangan Evaluasi SKI
Interactive Lecturing Synergetic Teaching The Power of Two
Puskur, Pengembangan Evaluasi




13,14
Mahasiswa memiliki kemampuan dalam merencanakan Pembelajaran SKI MI
Mahasiswa dapat:
-          Menyusun Silabi SKI
-          Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SKI


Perencanaan Pembelajaran SKI (Silabi dan RPP)
Action Learning
Puskur, Pengantar Silabi
Puskur, Pengantar RPP
Nasar, Merancang Pembelajaran
Nana Sujana, Media Pembelajaran
Mel Siberman, Pembelajaran Aktif
Nana Sujana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar




15,16,17,18,19,20,2122,23,24,25,26,27,28
Mahasiswa memiliki kemampuan mengaplikasikan perencanaan pembelajaran dalam pembelajaran mikro
-          Menunjukkan kemampuan mengajarkan secara metodologis
-          Menunjukkan kemampuan mengajar mikro

    Pembelajaran   mikro SKI
Action Learning



Komponen Penilaian
:
Aspek Penilaian
        Persentase

1
Ujian Akhir Semester
30
2
Ujian Tengah Semester
20
3
Tugas Mandiri
20
4
Keaktifan Mahasiswa
20
5
Absen
10


Daftar Referensi

Wajib                                       :   
                                                    Depag RI, Kurikulum SKI KBK Madrasah Ibtidaiyah,
                                                    Depag RI, Kurikulum KTSP Madrasah Ibtidaiyah
                                                    Permendiknas No. 41 Tahun 2007
                                                    Permenag No. 2 Tahun 2008
                                                    Puskur, Panduan Silabi,
    Puskur, Panduan RPP
                                                    Mel Siberman, Active Learning,
    Nasar, Merancang Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan
                                                    Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah


Anjuran                                   :   Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran
                                                    Buku Pelajaran SKI untuk Madrasah Ibtidaiyah kelas III sampai IV.
                                                    Nana Saodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek
                                                    Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar,
                                                    Nana Sudjana, Media Pembelajaran
                                                   


Disusun oleh:
                         Diperiksa oleh:

Disahkan oleh;
Dosen Pengampu




Dra. Siti Johariyah, M.Pd

Penanggungjawab Keilmuan




Dra. Siti Johariyah, M.Pd
Ketua Jurusan/Pogram Study




Dr. Istiningsih, M.Pd
Dekan




Prof. Dr. H. Hamruni, M.Si
            

LIMBAH INDENSSO

A. Latar Belakang
Pengelolaan kualitas air merupakan salah satu prioritas dalam pengelolaan lingkungan di Indonesia. Hasil pemantauan kualitas air yang dilaksanakan melalui program Prokasih masih menunjukkan tingginya kadar polutan di badan air. Air mempunyai karakteristik fisik dan kimiawi yang sangat mempengaruhi kehidupan organisme di dalamnya. Apabila terjadi perubahan kualitas perairan, terutama oleh bahan pencemaran lingkungan, maka keseimbangan hidup organisme yang ada di perairan tersebut bahkan kehidupan manusia pada khususnya dapat terganggu. Pencemaran lingkungan air sebaiknya dikendalikan pada tingkat awal dari suatu proses pencemaran yang terjadi. Apabila tingkat pencemaran air sangat dominan, maka pencegahan dan penanggulangannya memerlukan biaya yang sangat mahal (Rao, et al., 2001).
Sumberdaya air selain merupakan sumber daya alam juga merupakan komponen ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan akan air cenderung semakin meningkat dari waktu ke waktu, baik untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti untuk air minum, air bersih dan sanitasi maupun sebagai sumber daya yang diperlukan bagi pembangunan ekonomi seperti untuk pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik dan pariwisata. Air yang digunakan untuk berbagai kebutuhan dan keperluan hingga saat ini dan untuk kurun waktu mendatang masih mengandalkan pada sumber air permukaan, khususnya air sungai. Ketersediaan sumber daya air sungai cenderung menurun karena penurunan kualitas dan kuantitas yang tersedia juga karena kualitas yang ada menjadi tidak dapat dimanfaatkan karena adanya pencemaran (BAPEDAL, 2001).
Limbah hasil prosesing minyak nilam banyak dijumpai di industri penyulingan minyak nilam. Besarnya volume limbah nilam seringkali menjadi masalah bagi pihak industri pengolahan itu sendiri maupun lingkungan. Pengkomposan limbah nilam dengan cara menggunakan pupuk kandang atau pupuk kandang + kapur + EM4 1% selama 3 minggu menghasilkan kompos limbah nilam dengan status hara dan tingkat dekomposisi yang baik (Djazuli, 2002). Pemanfaatan limbah hasil penyulingan nilam dapat dipertimbangkan untuk dipergunakan sebagai pupuk kompos yang potensial.
Pencemaran mengakibatkan dampak negatip terhadap manusia, hewan, tumbuh-tumbuahan dan harta benda atau dengan kata lain terhadap kehidupan bersama (sosial). Dampak pencemaran sosial ekonomi dapat diartikan dampak terhadap individu - individu dalam kehidupan bersama yang dinilai dengan satuan moneter (ekonomi). Suatu produk yang dihasilkan melalui proses produksi dari suatu industri yang menimbulkan pencemaran dijual dengan harga yang relatif murah dibanding dengan harga produk yang sama dengan teknologi yang sama, tetapi tidak mencemari karena sudah memakai alat pengolah limbah.

B. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah mengetahui proses pengolahan limbah cair di PT. Indesso Baturraden, Purwokerto.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengolahan Limbah
Sesuai dengan sumber asalnya, air limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi, secara garis besar zat yang terdapat di dalam air limbah dikelompokkan seperti skema berikut:
Gambar 1. Skema pengelompokkan bahan yang terkandung
dalam air limbah (Sugiharto, 1987).
Pengetahuan mengenai karakteristik air buangan baik kuantitas maupun kualitasnya adalah suatu hal yang perlu dipahami dalam merencanakan suatu unit pengolahan limbah air buangan. Kualitas air buangan dibedakan atas tiga karakteristik, yaitu:
1.    Karakteristik fisik. Parameter yang termasuk dalam kategori ini adalah solid (zat padat), temperatur, warna, bau.
2.    Karakteristik kimia, terbagi dalam tiga kategori: zat organik, zat anorganik dan gas-gas. Polusi zat organik biasanya dinyatakan dalam BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand).
3.    Karakteristik Biologi, adalah banyaknya mikroorganisme yang terdapat dalam air limbah tersebut, seperti : bakteri, algae, virus, fungi. Sifat biologis ini perlu diketahui dalam kaitannya untuk mengetahui tingkat pencemar air limbah sebelum dibuang ke badan air penerima (Tjokrokusumo, 1995).
Bahan polutan yang terkandung di dalam air buangan secara umum dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu bahan terapung, bahan tersuspensi dan bahan terlarut. Selain dari tiga kategori tersebut, masih ada lainnya yaitu panas, warna, rasa, bau dan radioaktif. Menurut sifatnya tiga kategori bahan polutan tersebut dapat dibedakan sebagai yang mudah terurai secara biologi (biodegradable) dan tidak mudah terurai secara biologi (non biodegradable).
Dampak terhadap air badan air, limbah industri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.        Suhu
Setiap organisme mempunyai suhu minimum, optimum dan maksimum untuk hidupnya dan mempunyai kemempuan menyesuaikan diri sampai batas tertentu. Suhu air mempunyai pengaruh yang besar dalam proses pertukaran zat atau metabolisme dari makhluk hidup. Selain itu suhu juga berpengaruh terhadap kadar oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi temperatur suatu perairan, semakin cepat pula perairan tersebut mengalami kejenuhan. Suhu air untuk budidaya ikan berkisar antara 25-30oC.
2.        Derajat keasaman (pH)
Efek polutan bersifat asam terhadap kehidupan ikan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan. Batas minimum air tawar pada umumnya adalah pada pH 4 dan batas maksimum pada pH 11.
3.        Oksigen terlarut (DO)
Kadar DO merupakan salah satu parameter kualitas air yang penting bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Ikan memerlukan oksigen dalam bentuk oksigen terlarut. Oksigen terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH dan karbondioksida. Air kolam yang mengandung konsentrasi oksigen terlaut yang rendah akan mempengaruhi kesehatan ikan, karena ikan lebih mudah terserang penyakit atau parasit. Bila konsentrasi oksigen terlarut dibawah 4-5 mg/l maka ikan tidak mau makan dan tidak berkembang dengan baik. Bila konsentrasi oksigen terlarut tetap sebesar 3 atau 4 mg/l untuk jangka waktu yang lama maka ikan akan menghentikan makan dan pertumbuhannya terhenti. Kadar oksigen 0,2-0,8 mg/l merupakan konsentrasi yang dapat memetikan ikan gurameh (Hammer, 1986).
4.        Zat organik terlarut. (BOD)
Zat organik terlarut menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut di badan air, sehingga badan air tersebut mengalami kekurangan oksigen yang sangat diperlukan oleh kehidupan air dan menyebabkan menurunnya kualitas badan air tersebut.
5.        COD (Chemical Oxygen Demand)
COD diperlukan untuk menentukan kekuatan pencemaran suatu limbah dengan mengukur jumlah oksigen untuk mengoksidasi zat-zat organik yang terdapat pada air limbah tersebut. COD adalah ukuran dari jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi kimia bahan-bahan organik perairan. COD juga dikatakan sebagai jumlah oksigen yang dikonsumsi.
6.        Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid/TSS).
Pengendapan zat padat ini di dalam dasar badan air akan mengganggu kehidupan di dalam air tersebut. Juga endapan solid didasar badan air akan mengalami dekomposisi yang menyebabkan menurunnya kadar oksigen tersebut disamping menimbulkan bau busuk dan pemandangan tidak sedap.
7.        Nitrogen dan pospor.
Kedua unsur kimia ini disebut nutrien, yang apabila masuk ke dalam air di badan air yang diam seperti telaga, waduk, kolam dan lain-lain akan menyebabkan tumbuhnya ganggang dengan cepat sehingga akan menurunkan kualitas beban air.
8.        Minyak dan bahan-bahan terapung.
Bahan-bahan tersebut menyebabkan kondisi tidak sedap dan terganggunya penetrasi sinar matahari, serta masuknya oksigen dari udara ke dalam badan air tersebut (aerasi).
9.        Logam berat, sianida dan racun organik.
Unsur-unsur tersebut sangat merusak kehidupan perairan, dan membahayakan kesehatan manusia.

10.    Warna dan kekeruhan.
Baik warna maupun kekeruhan sangat mempengaruhi estetika walaupun belum tentu membahayakan kehidupan di dalam air maupun kesehatan manusia.
11.    Organik tracer.
Termasuk dalam kategori tracer adalah phenol yang menyebabkan air berbau dan rasa tidak enak, khususnya jika badan air digunakan sebagai air baku air minum. Bahan yang tidak mudah mengalami dekomposisi biologis (Refactory Substance). Sebagai contoh adalah ABS (Alkyl Benzene Sulfonate) bahan utama pembuat deterjen yang menyebabkan timbulnya busa di permukaan badan air.
12.    Bahan yang mudah menguap (Volatile Materials).
Termasuk dalam kategori ini antara lain hidrogen sulfida, dan gas methan yang menyebabkan udara tercemar (Mackenzei, 1991).
Mengingat sifat-sifat limbah sedemikian kompleksnya maka cara pengolahannya harus disesuaikan dengan sifat - sifat limbah yang bersangkutan, harus dilakukan survei, analisis contoh limbah dan yang paling penting adalah dilakukan percobaan dalam skala laboratorium untuk menentukan parameter yang akan digunakan sebagai kriteria perencanaan.
Proses pengolahan air limbah merupakan proses tiruan dari proses self purification, yaitu proses pemurnian kembali pada badan air yang terkena buangan limbah tanpa pengolahan/bantuan manusia, dimana selama prosesnya meliputi tahapan - tahapan perbaikan kualitas air yang terdiri dari empat zone, yaitu dimulai dari zone degradasi, zone pengurai aktif, zone perbaikan dan zone normal yang waktunya dipersingkat. Penyingkatan waktu tersebut dapat dilakukan dengan cara melalui pengolahan limbah.
Unsur - unsur yang tidak dikehendaki kehadirannya dalam air limbah dapat dihilangkan dengan cara fisik, kimia, dan biologi. Cara pengolahan secara fisik disebut unit operasi. Sedangkan pengolahan dengan mempergunakan zat - zat kimia atau aktivitas biologi disebut unit proses. Pengolahan fisik sering disebut pengolahan primer dengan maksud untuk mereduksi zat padat tersusupensi dan tergantung dari waktu tinggal dalam bak pengendapan. Pengolahan kimia sering disebut pengolahan sekunder yang bertujuan untuk mengendapkan partikel yang mudah mengendap. Pengolahan biologi sering pula disebut pengolahan sekunder dengan tujuan untuk mengurangi kandungan bahan organik dalam limbah cair (BOD).
Pengolahan Fisik
Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan diinginkan agar bahan - bahan tersusupensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan - bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Metode - metode pengolahan secara fisik meliputi penyaringan, pengemdapan, pengapungan, pengadukan dan pengeringan lumpur (Hammer, 1986).
1.    Screen (Penyaringan)
Fungsinya adalah untuk menahan benda- benda kasar seperti sampah dan benda- benda terapung lainnya.
2.    Equalisasi
Karakteristik air buangan dari industri seringkali tidak konstan, misalnya unsur - unsur pH, warna, BOD dan sebagainya. Hal ini akan menyulitkan dalam pengoperasian suatu instalasi pengolahan air limbah, sehingga dibuat suatu sistem equalisasi sebelum air limbah tersebut diolah.
3.    Sedimentasi (Pengendapan)
Proses Pengendapan adalah pengambilan partikel - partikel tersuspensi yang terjadi bila air diam atau mengalir secara lambat melalui bak. Partikel - partikel ini akan terkumpul pada dasar kolam, membentuk suatu lapisan lumpur. Air yang mencapai outlet tangki akan berada dalam kondisi yang jernih. Proses pengendapan yang terjadi dalam suatu bak pengendapan merupakan unit utama pada pengolahan fisik. Ada dua macam bak pengendapan yaitu bak pengendapan dengan arah aliran horizontal dan aliran vertikal.
4.    Mixing dan Stiring (Pencampuran dan pengadukan)
Mixing adalah pencampuran dua zat atau lebih membentuk campuran yang homogen. Stiring adalah pengadukan campuran homogen hasil mixing sehingga terjadi proses penggumpalan dari zat - zat yang ingin dipisahkan dari air.
5.    Pengeringan lumpur
Penurunan kadar lumpur yang dilakukan dengan pengolahan fisik yang terdiri dari salah satu atau kombinasi unit - unit berikut :
a.    Pengentalan lumpur (Sludge Thickener)
b.    Pengeringan lumpur (Sludge Drying Bed)
Pengolahan Kimia
Pengolahan kimia untuk air yang dapat dilakukan pada pengolahan air buangan industri adalah koagulasi - flokulasi, netralisasi, adsorbsi, dan desinfeksi. Pengolahan ini menggunakan zat - zat kimia sebagai pembantu yang bertujuan untuk menghilangkan partikel - partikel yang tidah mudah mengendap (koloid), logam berat dan zat organik beracun (Tjokrokusumo, 1995).
Pengolahan Biologi
Pengolahan biologi adalah pengolahan air limbah dengan memanfaatkan aktivitas biologi (aktivitas mikroorganisme) dengan tujuan menyisihkan bahan pencemar dalam air limbah. Proses pengolahan biologi adalah penurunan bahan organik terlarut dan koloid dalam air limbah menjadi serat - serat sel biologi (berupa endapan lumpur), kemudian diendapkan pada bak sedimentasi. Proses ini dapat berlangsung secara aerob (dengan bantuan oksigen) maupun anaerob (tidak dengan bantuan oksigen).
Ada 3 macam pengolahan biologi yang banyak diterapkan saat ini, yaitu:
1.    Lumpur aktif.
2.    Trickling filter.
3.    Kolam oksidasi.
Diantara sistem pengolahan limbah secara biologi tesebut tricling filter dapat menurunkan nilai BOD 80 - 90 %. Pada proses pengolahan biologi dengan menggunakan jenis trickling filter dengan cara melewatkan air limbah ke dalam media filter yang terdiri dari materi yang kasar dan keras. Zat organik yang terdapat di dalam air limbah diuraikan oleh bakteri dan mikroorganisme baru, sehingga populasi mikroorganisme pada permukaan media filter semakin banyak dan membentuk lapisan seperti lendir (slyme) Metlaf, et .al, 1981).

B. PARAMETER UTAMA LIMBAH CAIR MINYAK
Parameter utama dalam limbah cair minyak kelapa sawit dalam tabel 1. didasarkan pada teknologi terbaik yang tersedia di Indonesia. Baku mutu ini harus digunakan untuk seluruh industri minyak kelapa sawit pada tahun 1995 dan untuk seluruh industri baru dan yang saat ini diperluas. Sedangkan baku mutu limbah yang digambarkan dalam tabel 2. adalah untuk industri yang berdasarkan teknologi praktis terbaik untuk industri di Indonesia.
Tabel 1. Baku mutu limbah untuk industri di Indonesia sejak 1984 adalah:
Parameter
Satuan
Kadar maksimum
BOD
mg/l
100
COD
mg/l
400
TSS
mg/l
50
Minyak dan lemak
mg/l
100
Amonia N 200
mg/l

N total
mg/l
200
PH
-
5,0-9,0
Temperatur
0C
45

Banyaknya air limbah yang dihasilkan kebanyakan pabrik yang ada di Indonesia berkisar dari 0,4-1,2 m3/ton tandan buah segar setara dengan 2,0- 6,0 m3/ton minyak yang dihasilkan. Untuk operasi baru dengan teknologi penghematan air yang modern, banyaknya air dapat dikurangi sampai 2,0 m3/ton hasil.
Tabel 2. Baku Mutu Limbah Cair Industri Minyak kelapa sawit, Berlaku bagi Industri Baru AtauYang Diperluas Dan Bagi Semua Industri.
Parameter
Kadar Maksimum (mg/l)
Beban Pencemaran Maksimum (kg/ton)
BOD COD TSS Minyak dan lemak
Nitrogen total (sebagai N)
400
350
250
25
50
1,25
0,88
1,63
0,063
0,125
PH 6,0-9,0 debit limbah cair maksimum 2,5 m3/ton [roduk minyak kelapa sawit.

 
III. METODE PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat.
Praktikum ini dilaksanakan di PT. Indesso Baturraden, Purwokerto.
2. Waktu
Praktikum ini dilaksanakan selama 2 jam pada hari Senin 8 Juni 2009.

B. Metode Praktikum
Metode yang digunakan adalah observasi partisipatif dengan dilengkapi dengan wawancara, serta studi pustaka. Data yang diambil dan diolah adalah:
1.    Data Primer, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.    Wawancara
Mengadakan wawancara secara langsung dengan karyawan.
b.    Pengamatan Lapangan
Mengadakan pengamatan langsung di lapangan dengan mengikuti proses pengolahan limbah cair.
2.    Data Sekunder, diperoleh dari catatan dan studi pustaka tentang pengolahan limbah secara umum dan limbah cair secara khusus.


IV. PEMBAHASAN
Limbah hasil tahapan proses harus mendapatkan perhatian dan dikelola dengan baik agar tidak membahayakan dan berdampak buruk bagi lingkungan. PT. Indesso Baturraden, Purwokerto menghasilkan limbah cair dan minyak.

A. Klasifikasi pengolahan air limbah
Pengolahan air limbah domestik di PT. Indesso Baturraden menggunakan proses pengolahan secara fisika biologi dan tidak menggunakan proses secara kimia, maka pengolahan air limbah di PT. Indesso Baturraden dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Pengolahan pendahuluan (Pre treatment)
Pengolahan pendahuluan yang digunakan meliputi saringan jeriji, saringan kasar, bak equalisasi dan pengandap pasir (grift chamber).
2. Pengolahan pertama (Primary treatment)
Pengolahan pertama adalah pengolahan yang bertujuan untuk menghilangkan zat padat tercampur di dalam air limbah melalui pengendapan atau pengapungan.
3. Pengolahan kedua (Secondary treatment)
Pengolahan kedua yang digunakan dalam pengolahan air limbah domestik di PT. Indesso Baturraden adalah aerasi dan pertumbuhan bakteri.
4. Pengolahan lanjut (Ultimate/tertiery treatment)
Pengolahan lanjut yang digunakan dalam pengolahan air limbah domestik di PT. Indesso Baturraden adalah pengolahan lumpur agar dapat dimanfaatkan kembali.


B. Unit pengolahan air limbah
Unit pengolahan air limbah yang digunakan dalam PT. Indesso Baturraden meliputi:
1. Saluran pembawa
Air limbah yang dialirkan sebelum masuk PT. Indesso Baturreden, Purwokerto  melewati saluran pembawa. Saluran pembawa berbentuk lingkaran terbuat dari beton.
2. Saringan Jeriji
Saringan jeriji terletak sebelum pompa angkat. Berfungsi untuk memisahkan kotoran-kotoran seperti tas-tas plastik dan bahan terapung lainnya dalam aliran masuk. Kotoran-kotoran tersebut dipisahkan secara manual dengan penggaruk aluminium dari ayakan jeriji dan dibuang minimal sehari sekali
3. Oil Separator.
Oil separator adalah alat pemisah minyak yang terbawa oleh air limbah. Minyak yang berada diatas bak oil separator diambil secara manual. Air limbah yang sudah keluar dari bak oil separator sudah tidak mengandung minyak dan bahan-bahan seperti ranting-ranting tanaman dan plastik.
4. Bak equalisasi (equalition pond)
Tujuan bak equalisasi dalam PT. Indesso Baturreden, Purwokerto:
a.       Untuk menjaga sistem pengolahan biologis dari pembebanan bahan organik yang berfluktuasi.
b.      Untuk mengawasi derajat pH.
c.       Untuk meredam aliran yang masuk bagi sistem pengolahan fisik.
d.      Untuk memberikan aliran yang kontinyu pada sistem pengolahan biologis saat PT. Indesso Baturreden, Purwokerto  sedang tidak dioperasikan.
e.       Untuk memberikan kontrol kapasitas aliran air limbah yang lebih merata.
f.       Mencegah masuknya konsentrasi zat beracun yang tinggi dalam sistem pengolahan biologis.
Bak equalisasi di dalam PT. Indesso Baturreden, Purwokerto  dirancang secara khusus sebagai bagian dari rumah pompa, sehingga dari luar fungsinya tidak terlihat begitu jelas.
5. Water Indicator Level
Water indicator level berfungsi menunjukkan ketinggian air limbah yang akan diolah dan jenis pengoperasian pompa. Ada dua jenis pengoperasian pompa berdasarkan ketinggian air:
a.       Operasi pompa otomatis
b.      Operasi pompa manual
Jika ada peningkatan air limbah yang terjadi pada saat hujan deras maka air limbah secara langsung dibuang ke sungai menggunakan by pass, karena kualitas air limbah telah memenuhi effluen standar yang dapat diterima oleh badan air penerima.
6. Pompa Angkat
Pompa angkat jenis ulir (screw) berjumlah tiga buah dengan kapasitas 10,7 m3/menit. Dimana dua unit operasional dan satu unit sebagai cadangan. Keuntungan menggunakan pompa ulir:
a.       Saluran air limbah lanjutan tidak tersumbat oleh kotoran-kotoran tas-tas plastik dan bahan-bahan terapung lainnya.
b.      Mampu menurunkan beban BOD air limbah sampai dengan 30%.
c.       Menghilangkan buih-buih tidak masuk ke dalam kolam fakultatif.
7. Laguna Aerasi Fakultatif
Laguna aerasi fakultatif merupakan salah satu jenis pengolahan air limbah secara biologis dengan memanfaatkan tiga jenis bakteri, yaitu bakteri aerob, anaerob dan fakultatif (aerob-anaerob) untuk mendegradasi kandungan bahan pencemar yang terdapat dalam air limbah. Laguna aerasi fakultatif dirangkai dalam dua kolam pararel dan tiap kolam terdiri dari dua buah kolam atau laguna, dengan demikian semuanya berjumlah empat kolam atau laguna. Dengan demikian semuanya berjumlah empat kolam. Tiap kolam dilengkapi dengan aerator berjenis surface aeration dan waktu tinggal air limbah di laguna aerasi fakultatif ± 5,5 hari.
Laguna aerasi fakultatif juga dilengkapi dengan:
a. Aerator
Aerator yang digunakan berjumlah empat buah, type surface aeration dengan spesifikasi alat diameter 2000 x 48 rpm x 30 kw. Aerator dioperasikan berdasarkan laju alir masukan kotoran, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel:
Tabel 3. Standar operasi aerator untuk setiap laju aliran masukan kotoran
Laju aliran masukan dari kotoran (m3/hari)
3.874
7.750
11.625
15.500
Laju alir masukan dari kotoran (%)
25

50
50
100
Jumlah aerator yang beroperasi
2

2
4
4
Aerator yang dioperasikan
No 1-1
No 2-1
No 1-1
No 1-1
No 1-1/1-2
No 2-1/2-2
No 1-1/1-2
No 2-1/2-2
(Sumber: Luqman Hakim, 2000)
Meskipun laju alir masukan dari kotoran lebih kecil dari laju alir rancangan, kotoran harus tetap diumpan ke saluran laguna. Jika laju alir masukan dari kotoran 80% lebih kecil dari harga rancangan, maka dapat dioperasikan hanya satu kolam saja (No. 1-1/1-2 atau No. 2-1/2-2). Pada kasus ini aerator No. 1-1/1-2 atau No. 2-1/2-2 harus dioperasikan.
b. Indikator ikan
Ikan digunakan sebagai bioindikator terhadap tingkat pemulihan kualitas air melalui proses pengolahan. Jika ikan yang dijadikan indikator mati, maka hal itu menunjukkan bahwa kualitas air limbah masih jelek.
8. Kolam Pematangan
Air limbah yang telah diolah di kolam fakultatif dialirkan ke kolam pematangan dengan maksud untuk menstabilkan air limbah sebelum dibuang ke badan air. Kolam pematangan terdiri dari dua sistem yang dirangkai secara pararel dengan kolam fakultatif. Setelah penghilangan kotoran organik dan bakteri collon bacilli, limbah olahan selanjutnya di alirkan ke dalam sungai melalui pipa beton dan saluran terbuka.


9. Tempat Pengeringan Lumpur (Sludge Drying Bed)/Kolam Sedimentasi.
Lumpur yang terkumpul dai dalam laguna aerasi fakultatif di buang ke tempat pengeringan dengan menggunakan unti pembuangan lumpur setahun sekali. Kapasitas efektif dari satu kolam sekitar 240 m3. Jika konsentrasi lumpur 20 % maka kapasitas unit pembuangan lumpur adalah 20 m3/jam. Sehingga satu kolam pengering akan penuh dalam dua hari jika waktu operasi 6 jam/hari. Lumpur yang berada pada tempat pengeringan lumpur terbagi menjadi lapisan atas yang jernih dan lumpur yang kental pada bagian bawah. Batang penutup dipindahkan untuk mengeluarkan lapisan atas yang jernih dari tempat pengeringan. Operasi seperti ini diulangi untuk mengentalkan lumpur hingga cairan tidak dapat dipisahkan lagi. Setelah lumpur dikeringkan dengan panas matahari sampai bisa dikeluarkan dengan pengeruk/sekop. Setelah dikeringkan di terik matahari 2-3 bulan, lumpur kering dibawa dengan sebuah lori dan dibuang di tempat pembuangan lumpur.


V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.    Proses pengolahan limbah cair di PT. Indesso Baturreden, Purwokerto meliputi proses pengolahan pendahuluan (Pre treatment), pengolahan pertama (Primary treatment), pengolahan kedua (Secondary treatment), dan Pengolahan lanjut (Ultimate/tertiery treatment).
2.    Unit pengolahan limbah cair di PT. Indesso Baturreden, Purwokerto meliputi saluran pembawa, oil separator, bak ekualisasi, water indicator level, kolam aerasi, dan kolam sedimentasi.
3.    Kemajuan teknologi pengolahan limbah dapat dimanfaatkan sebagai alternatif menekan efek negatif yang mungkin saja timbul.

B. Saran

1. Kerusakan dan tingkat pencemaran yang tinggi pada badan air/sungai dapat diupayakan mengelolah jika peran serta masyarakat dan lembaga-lembaga terkait ikut dalam pendayagunaan limbah.
2. Pembangunan instalasi pengolahan air limbah sudah mutlak dan harus dimiliki oleh setiap industri atau badan pengolah yang ditunjuk agar setiap air limbah yang dibuang ke badan air sudah masuk dalam baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemrintah.
3. pengalaman- pengalaman negara maju dalam mengelola limbah dapat dijadikan contoh untuk diterapkan pada negara kita.
4. Keseriusan dari semua pihak sangat diperlukan agar limbah industri yang ada benar-benar tidak mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia, kalau hal ini tidak kita mulai dari sekarang maka akan sama-sama kita lihat bahaya apa yang akan muncul ke depan yang menghadang kita.


DAFTAR PUSTAKA
BAPEDAL, 2001. Program Kali Bersih (PROKASIH). Yogyakarta.

Hakim, L. 2000. Evaluasi Pengelolaan IPAL Sewon Bantul. Tugas Hukum Lingkungan, UGM, Yogyakarta.

Hammer, M.J., 1986. Water and Wastewater Technology. 2 ed. John Wiley and Sons, New York.

Hendartomo, Tomi. 2002. Analisa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Sewon Bantul, yogyakarta Tahun 2002. Dalam masdarto@gmail.com diakses pada tanggal 9 Juni 2009.

Mackenzie, L.D., and Cornwell, 1991. Introduction to Environmental Engineering. 2 ed., pp. 348 - 352, McGraw Hill International Editions, Ltd., Singapore .

Rao, A.V., and Bhole, A.G., 2001. A Low-Cost Technology for The Treatment of Wastewater. Water Research Journal, pp. 38.

Santi, Devi N. 2004. Pengelolaan Limbah Cair Pada Industri Penyamakan Kulit  Industri Pulp Dan Kertas Industri Kelapa Sawit. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara

Tjokrokusumo, 1995. Enjinering Lingkungan. Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan, Yogyakarta.